Khutbah I
الحَمْدُ
لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ
سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ
الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ
خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ،
عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Tak
jemu-jemu pada setiap khutbah, khatib mengingatkan, mengajak, dan menyerukan
kepada seluruh jamaah untuk senantiasa meningkatkan dan menguatkan ketakwaan kita
kepada Allah swt, Karena takwa itu sendiri adalah sebuah komitmen untuk
menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah.
Dengan ketakwaan, manusia akan senantiasa berada di jalan yang benar, di jalan
lurus yang diridhoi Allah sehingga kita dapat terhindar dari jurang larangan
Allah swt.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Kehidupan kita di dunia memang seperti menyusuri sebuah jalan untuk
mencapai sebuah tujuan. Selama perjalanan ini, kita tidak boleh lupa
dengan misi utama kita. Setidaknya, ada dua misi utama diciptakannya kita di
bumi ini yakni sebagai Abdullah (hamba Allah) dan khalifatulloh
(pemimpin).
Misi pertama sebagai Abdullah (hamba Allah) disebutkan
dalam Al-Qur’an surat Adz Dzariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ
الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْن
Artinya : “Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
Para Mufassir menjelaskan bahwa maksud ayat
tersebut ialah Allah tidak menjadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk dan
merendahkan diri kepada-Nya. Setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk
kepada peraturan Allah, merendahkan diri terhadap kehendak Allah, dan menerima
apa yang Allah takdirkan karena manusia dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi
rezeki sesuai dengan apa yang telah Allah tentukan. Tak ada seorang pun yang
dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat didunia ini kecuali semuanya
adalah atas kehendak Allah SWT.
Ayat inilah yang menguatkan
perintah untuk mengingat Allah swt dan memerintahkan manusia agar melakukan
ibadah kepada Allah swt. Kita perlu sadari, bahwa kewajiban kita menyembah
Allah swt bukanlah karena Allah butuh untuk disembah. Justru sebaliknya, kita
menyembah Allah karena kita butuh untuk menyembah-Nya. Kita perlu sadari lagi
bahwa Allah lah dzat yang paling kuasa atas segala yang terjadi pada diri kita.
Ketika kita menyembah Allah, maka
akan tercipta hubungan harmonis antara kita dengan Allah dan Aktivitas ibadah
kita juga merupakan wujud syukur kepada Allah. Keistiqamahan kita dalam
beribadah menyembah Allah akan menjadi tolok ukur ketakwaan yang akan memberi
dampak pada kehidupan di dunia dan akhirat.
Kebutuhan kita menyembah Allah
juga akan mendatangkan rasa tenang sekaligus mengikis sifat sombong atau
takabbur dalam diri yang bermuara kepada kesadaran diri bahwa kita hanyalah
makhluk lemah yang membutuhkan penolong yakni Allah swt. Sebagaimana di
sebutkan dalam QS;Ar-Rum:54
اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَّشَيْبَةً ۗيَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُۚ وَهُوَ الْعَلِيْمُ القَدِيْر
Artinya : “Allah-lah yang menciptakan kamu
dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu
menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali)
dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui,
Mahakuasa.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Misi
kedua manusia di dunia yakni sebagai khalifah atau pemimpin dimuka bumi
termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30:
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى
الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا
وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ
اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.”
Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan
darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia
berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Dari ayat ini bisa kita lihat
bahwa ketika Allah hendak menjadikan manusia sebagai pemimpin di muka bumi ini,
para malaikat sempat ragu. Mereka menilai bahwa manusia tidak pantas menjadi
pemimpin di dunia karena memiliki tabiat senang membuat kerusakan. Mereka
menilai bahwa diri merekalah yang patut untuk menjadi khalifah karena mereka
adalah hamba Allah yang sangat patuh, selalu bertasbih, memuji Allah, dan
menyucikan-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya.
Namun semua itu ditepis oleh Allah
swt karena Allah lah yang paling mengetahui atas segalanya termasuk keputusan
menjadikan manusia sebagai pemimpin di bumi ini. Penciptaan manusia adalah
rencana besar Allah di dunia. Allah Maha tahu bahwa pada diri manusia terdapat
hal-hal negatif sebagaimana yang dikhawatirkan oleh malaikat, tetapi aspek
positifnya jauh lebih banyak. Oleh karena itu, kepercayaan dari Allah ini harus
kita pikul dengan baik dengan cara menjaga keseimbangan kehidupan di bumi ini.
Untuk menjaga keseimbangan ini, kita harus mengikis perilaku negatif seperti
melakukan perusakan di bumi dan memperkuat perilaku positif dengan memberikan
manfaat pada sesama manusia lain dan bumi ini.
Rasulullah saw bersabda: خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Artinya “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia
(lainnya)."
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Itulah
dua misi utama diciptakannya kita di dunia ini oleh Allah swt. Mudah-mudahan
kita selalu ingat dan dapat melaksanakan serta mengemban amanah besar ini agar
kita bisa menjadi hamba yang benar-benar bertakwa menjalankan segala
perintah-Nya dan menjauhi segala laranagn-Nya. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ، وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah
II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا.
أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ،
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ
أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى
نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ
وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ
وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ
عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا
اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ